Respons Terbaik untuk Disrupsi Digital
Dalam survei global terhadap 2.000 eksekutif C-suite di lebih dari 60 negara, McKinsey & Co. menemukan bahwa hanya sedikit perusahaan yang merespons disrupsi digital dengan tepat. Sebanyak 90% perusahaan mengindikasikan bahwa mereka terlibat dalam beberapa bentuk digitalisasi, 16% perusahaan mengatakan bahwa mereka telah merespons dengan strategi yang berani dan dalam skala besar, dan hanya 30% perusahaan yang berfokus pada cara baru untuk menggabungkan permintaan atau mengelompokkan kembali segmen pasar mereka.
Berdasarkan angka-angka ini, beberapa pemimpin perusahaan mungkin berasumsi bahwa mereka memiliki banyak waktu untuk menentukan respon mereka terhadap disrupsi digital. Tetapi penulis berpendapat bahwa ini akan menjadi hal yang berbahaya karena kompetitor baru yang berbasis digital berpotensi mengambil porsi pendapatan perusahaan.
Penulis menyoroti tiga strategi berani yang dapat digunakan perusahaan dalam menghadapi disrupsi digital sebagai berikut.
- Mengembangkan Segmen Pelanggan Baru
Salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan adalah mengembangkan segmen pelanggan yang baru. Hal ini bisa menjadi lebih baik daripada hanya sekedar mempertahankan lini bisnis yang ada melalui pemotongan biaya, otomatisasi, atau peningkatan layanan untuk pelanggan yang sudah ada. Sebagai contoh, perusahaan Medialaan NV, penyiar video free-to-air terkemuka di Belgia, melihat pelanggan-pelanggannya yang berusia muda mulai pindah ke platform seperti Netflix atau YouTube. Sebagai respons, Medialaan NV membeli operator virtual seluler dengan paket data yang menarik, sehingga menjadi salah satu dari sedikit perusahaan penyiaran tradisional yang menumbuhkan pemirsa TV di segmen anak muda. Medialaan NV bukan hanya mendiversifikasi basis pendapatannya, melainkan juga dapat mengambil kembali segmen anak muda yang sebelumnya telah beralih ke platform lain.
- Memperkenalkan Model Bisnis Baru
Perusahaan inovatif sedang bereksperimen dengan model bisnis baru untuk mengganti strategi yang selama ini telah mereka gunakan. Ketika perusahaan Schibsted Media Group dari Oslo, Norwegia, melihat bahwa pendapatan dari iklan baris cetaknya menurun, mereka memindahkan bisnis iklan baris tersebut ke pasar daring gratis. Saat ini, lebih dari 80% pendapatan perusahaan tersebut berasal dari komisi penjualan dari platform e-commerce konsumennya. Hal ini karena keberanian mereka mengubah model bisnis yang sudah ada khususnya dari sisi sumber arus pendapatan perusahaan.
- Mendefinisikan Ulang Rantai Nilai
Pendatang digital mengancam bisnis layanan pembayaran dari Commonwealth Bank of Australia (CBA). CBA melakukan respons dengan membuat platform pembayaran terbuka baru yang menampung ekosistem aplikasi dan perangkat untuk pedagang serta terbuka untuk pengembang pihak ketiga. Meskipun platform dan ekosistemnya berkontribusi pada gangguan rantai nilai tambah perbankan tradisional, platform ini juga memposisikan CBA untuk bersaing dengan pendatang digital.
Disrupsi digital tidak dapat dihindari. Perusahaan harus melakukan respons terhadap hal ini. Perusahaan yang tidak merespons atau meresponsnya dengan setengah-setengah, kemungkinan besar akan mengalami pengurangan pendapatan dan keuntungan. Sementara perusahaan yang meresponsnya dengan berani, berpotensi memperoleh pendapatan dan keuntungan lebih dari pesaingnya yang lambat merespons.
Definisi Istilah
Disrupsi adalah era terjadinya perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan bisnis ke taraf yang lebih baru.
Rantai nilai adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa.
Referensi
Bughin, J. & van Zeebroeck, N. (2017). The Best Response to Digital Disruption. MITSloan Management Review, Vol. 58, No.4.